10 Februari 2014

Antara iklan dan kenyataan menjadi pecandu rokok

Tidak bisa dipungkiri betapa besar peran iklan untuk menjaring konsumen rokok. Di Indonesia iklan rokok penuh sesak memenuhi berbagai media, dari iklan televisi, iklan cetak sampai sponsor olahraga. Iklan rokok membuai para perokok dengan berbagai imajinasi karakter. Padahal, jika mau ditelaah dengan akal sehat dan objektifitas, imajinasi persuasif yang ditawarkan iklan dengan kenyataan yang ada berbeda 180 derajat!


Perokok tangguh, jantan dan pemberani itu hanya di iklan


(1) Ketika agan sudah kecanduan sama rokok, semakin lama stamina tubuh agan akan berkurang, karena racun-racun dalam kandungan rokok terus 'menggerogoti' tubuh agan. Salah satu buktinya adalah dari hasil sekian banyak pembedahan medis terhadap tubuh perokok dan non-perokok hasilnya sangat nyata, pecandu rokok paru-parunya menghitam dan banyak terdapat kerusakan. Jadi jangan heran ketika seorang perokok apalagi pecandu rokok selalu ngos-ngosan tiap kali lari atau kerja berat, otomatis kerja gak maksimal. Terus ane ingat kalau tiap ada kerja bakti, para perokok lebih sering istirahat karena kecapekan. Inikah tangguh?

(2) Residu rokok yang mengendap seperti lemak di saluran pembuluh darah sudah tentu mempersulit kelancaran aliran darah ke seluruh tubuh agan. Buruknya kualitas pernafasan dan aliran darah kerap menjadikan perokok menjadi pria impoten yang loyo dan pecundang di ranjang. Gak bs ereksi plus ejakulasi dini.. apakah bisa dianggap macho dan jantan?Sebagian cari solusi instant, yaitu obat kuat yang berbahaya bagi jantung. Suami yang baik tentunya tidak boleh egois, istri juga ingin merasakan kepuasan biologis. Banyak kasus istri menderita secara psikologi karena suaminya impoten. Karena rasa cinta mereka pura-pura puas agar suami tidak minder, lha pecandu rokok gak mikir hal ini gan. Sayang sama istri gan? Berhentilah merokok sekarang!

(3) Temen ane yang pecandu rokok diajak ber-adventure naik motor trail menapaki lembah gunung yang terjal dan ekstrem, keringat doi bercucuran sambil terus baca dzikir, padahal shalat aja biasanya nggak. Padahal iklan rokok yang dia hisap sehari-hari temanya petualang pemberani.Nyali seseorang tidak bisa terasah hanya dengan cara merokok gan. Mayoritas nyali pemberani itu adalah bawaan sejak lahir, bawaan orok.

Tahukah agan dan sista bahwa Eric 'Marlboro Man' Lawson yang merupakan bintang iklan rokok ternama, meninggal akibat gagal pernafasan karena mengidap penyakit paru obstruktif kronik (COPD). Begitu pula rekan-rekannya bintang iklan rokok lainnya yang meninggal karena penyakit-penyakit terkait rokok, seperti efisema.

Merokok terlihat keren itu hanyalah psikologi masa puber


Remaja yang sedang puber sangat mudah dan rentan dengan berbagai pengaruh, termasuk pengaruh dari pergaulan hingga pengaruh iklan. Melihat orang dewasa merokok kadang memunculkan persepsi bahwa itu keren. Padahal keren atau tidaknya agan itu bukan karena merokok, tapi karena penampilan, tingkah laku dan aspek lainnya. Seorang yang naik Ducati Monster Evo dengan jaket kulit akan terlihat keren ketika merokok. Bandingkan ketika agan melihat seorang yang naik sepeda onthel butut, lalu menghisap rokok yang sama dengan yang dihisap pengendara Ducati Monster, gak bakalan terlihat keren! Itu cuma perasaan korban iklan!


Merokok bikin orang terkesan 'smart' itu hanya di iklan



Teringat ucapan temen: "Kalau ternak itu kambing atau sapi. Jangan bodoh diternak"

Beberapa produsen rokok yang levelnya sudah mature atau mapan, kerap menghadirkan iklan rokok yang menampilkan karakter-karakter model iklan yang smart atau cerdas bahkan jenius. Iklan tipe soft sell seperti ini mencoba merpersuasif audiensnya untuk merasa seperti karakter dalam iklan yang ada, berpikiran cerdas,
jenius dan yang semisalnya. Sehingga di bawah alam sadar mereka akan muncul mindset bahwarokok yang diiklankan tersebut adalah rokoknya orang-orang yang cerdas, atau jenius atau berintelektual tinggi. Padahal mau ngehabisin rokok segudang pun, tidak akan menyulap kita jadi seperti di iklan rokok.



Banyak dari pecandu rokok bersikap egois hingga irasional


Rokok dapat mematikan hati nurani dan memunculkan sikap tidak rasional


Tetangga TS pria paruh baya pencandu rokok. Perbulannya mengeluarkan lebih dari Rp. 200.000 untuk rokok. Pernah ketika ane berkunjung, putranya baru pulang sekolah. Mata ane tertuju pada suatu yang mencolok, yaitu ane melihat sepatu dan tas sekolah yang robek dan bolong-bolong.Candu rokok membunuh kasih sayang dan perhatian seorang bapak terhadap anaknya.Bayangkan, kalau lebih dari Rp. 200.000 yang dihabiskan untuk rokok tiap bulannya itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan sekolah anaknnya, lebih dari cukup untuk membeli sepatu, tas baru dan lainnya. Tak lama berselang, bapak tersebut meninggal, kena serangan jantung.

Contoh kedua. Dulu jaman masih SMP, Ketahuan merokok minimal masuk ruang BK dan orang tua dipanggil ke sekolah. Selang berlalu, 10 tahun kemudian ane nganterin adik ane ke sekolah yang sama. Dan sungguh terkejutnya ane, bapak-bapak guru hingga kepala sekolah dengan santainya merokok di lingkungan sekolah. Astaghfirullah, mereka para guru yang dibayar untuk menjadi tauladan yang baik. Matinya nurani!


Contoh ketiga. Setiap kali ada wacana kenaikan BBM antara 500 hingga 2000 rupiah bisa bikin masyarakat meradang naik pitam. Alasannya kurang lebih seragam: "kenaikan BBM yang diperlukan untuk menunjang pekerjaan sehari-hari akan mengurangi pendapatan dan menambah beban pengeluaran." Saat BBM yg alasannya dibutuhkan untuk menunjang pekerjaan harganya naik, pada demo besar-besaran hampir di semua kota, bahkan sampai anarkis dan mengakibatkan kerugian besar. Namun mengeluarkan uang sekitar Rp. 15.000 atau lebih untuk 'dibakar' setiap harinya tidak masalah. Harga rokok naik juga mereka tetap tunduk.

Contoh keempat. Tetangga ane seorang supir truk, istrinya bekerja sebagai buruh pabrik. Mereka kerja banting tulang untuk membiayai sekolah 2 anak laki-lakinya yang duduk di bangku SMA. Namun suatu ada surat panggilan dari sekolah, orang tuanya pun dipanggil ke sekolah. Apa yang terjadi? Ternyata mereka nunggak uang SPP berbulan-bulan, padahal orang tua selalu ngasih setiap bulannya. Usut punya usut ternyata uang SPP mereka gunakan untuk membeli rokok. Akhirnya dengan uang hutangan, tunggakan SPP anaknya pun berusaha dilunasi. Selang berapa bulan ada panggilan lagi untuk orang tuanya, ternyata uang SPP yang ada masih saja digelapkan untuk membeli rokok. Akhirya kedua anak tersebut drop out karena orang tuanya tak mampu lagi membiayai. Karena kecanduan rokok, anak tidak bisa menghargai kerja keras pengorbanan orang tua.

Pecandu rokok sering menjadi orang yang egois dan tidak punya tenggang rasa terhadap orang disekitarnya. Contoh mudahnya merokok di area publik tanpa peduli ada non-perokok di sekitarnya yang terganggu, semisal di angkutan umum, di rumah makan, dll. Norma dan sopan santun yang semula dimiliki, terkadang lenyap setelah kecanduan rokok, berubah menjadi sikap yang cuek atau masa bodoh. Realita!


Tanpa rokok gak bisa mikir hanyalah sugesti kecanduan


Salah satu pembelaan terakhir dari pecandu rokok adalah berpendapat bahwa tanpa rokok mereka tidak bisa mikir dengan bener, gak bisa konsentrasi, dll. Kenyataannya sebaliknya, candu rokok malah membuat perokok jadi mikir gak bener, contohnya: siap menantang bahaya sakit keras bertahun-tahun sampai mati daripada gak merokok, padahal punya anak istri. Sama kasusnya kaya atlit milih pake obat doping ketimbang bekerja keras latihan keras untuk berprestasi. TS mantan perokok, berhenti rokok malah meningkatkan kualitas. Buktinya TS bisa fokus nulis trit ini tanpa rokok. Banyak cara untuk dapat fokus dan konsentrasi selain dengan merokok.

Sponsor

Posting Komentar

 
BERITA SEHAT © 2015 - Designed by Templateism.com